Gak Puasa gak gaul


Puasa, bukan sekedar kewajiban tahunan, dengan menahan lapar, haus lalu berbuka, kemudian setelah itu hampir tidak berbekas dalam jiwa ataupun dalam perilaku, namun puasa lebih kepada kewajiban yang mampu menggugah moral, akhlak, dan kepedulian kepada hal social kemasyarakatan. Puasa merupakan kewajiban yang universal, dan sebagai orang yang beragama Islam, maka perlu diyakini bahwa puasa merupakan kewajiban yang disyariatkan untuk setiap muslim/mukmin.

Puasa, merupakan satu cara untuk mendidik individu dan masyarakat untuk tetap mengontrol keinginan dan kesenangan dalam diri. Dengan berpuasa seseorang dengan sadar akan meninggalkan makan dan minum sehingga lebih dapat menahan segala nafsu dan lebih bersabar untuk menahan emosi, walaupun mungkin terasa berat melakukannya.

Puasa juga merupakan kewajiban membina kebersamaan dan kasih sayang antar sesama. Sama merasakan lapar, haus, kenyang, dan sulitnya menahan emosi. Puasa dalam satu bulan seharusnya dapat membawa dampak positif  berupa rasa solidaritas dan kepedulian antar saudara, rasa kemanusiaan yang mendalam atas penderitaan sesama manusia.

Bulan Romadhon merupakan bulan yang istimewa, bulan penuh berkah, dan segala amal baik umat-Nya di dunia akan dibalas berlipat ganda. Semangat untuk menjalankan ibadah puasa, mampu membentuk karakter untuk memperbanyak amal kebajikan maupun amal ibadah spiritual dalam diri. Selain itu Romadhon mampu membuat mental menjadi tetap konsisten dan istiqamah dalam sebelas bulan berikutnya.

Namun, apapun yang diperbuat di bulan puasa ini, semuanya kembali kepada kesadaran diri masing-masing, untuk memahami makna puasa, dan makna-makna lain yang akan menentukan sikap dan perilaku diri ke depan setelah berlalunya bulan puasa.

ASAL USUL PUASA DAN ROMADHON

Kata puasa berasal dari Bahasa Sansekerta. Menurut Bahasa Arab, puasa berasal dari kata shaum atau shiam. Menurut Bahasa Indonesia, puasa artinya menahan diri. Kata menahan diri mencakup beberapa makna, seperti menahan diri tidak makan dan minum serta tidak melakukan hubungan suami istri selama waktu tertentu. Puasa sendiri dikenal oleh seluruh bangsa di dunia, seperti Indonesia, Mesir kuno, Tionghoa, Tibet, Arab, dan sebagainya, juga dilakukan oleh hampir seluruh penganut agama, baik Katholik, Kristen, Hindhu ataupun Budha.

Puasa menurut Islam lebih universal, dan bukan hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum, namun juga menahan diri dari semua hal yang dilarang oleh Allah, seperti contoh bertahan dari godaan maksiat dan menjauhi perbuatan keji, juga menjauhi perbuatan yang tidak terpuji lahir dan batin. Puasa di bulan Romadhon, merupakan bulan untuk perenungan dan instropeksi mengenai perilaku, dan sekaligus mengakui kelebihan dari orang lain. Oleh karena sedang berpuasa, maka mulut akan terjaga dari kata-kata kotor, caci maki, mengumbar aib orang lain dan berusaha untuk tidak menyakiti.

Umat Islam diwajibkan menjalani puasa (Q.S.Al-Baqarah:183) dengan penuh kesadaran dan ketulusan, karena bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dari Allah. Setiap waktu luang yang ada selama menjalankan puasa, dapat diisi dengan pertobatan atas dosa dan kesalahan yang telah diperbuat, banyak berdoa dan berzikir juga bersedekah kepada fakir miskin, dan aktif dalam kegiatan keagamaan.

Puasa sendiri merupakan suatu proses menjadi orang yang lebih bertakwa kepada Allah. Maka dari itu, tidaklah benar bila kesempatan berpuasa sekali dalam setahun harus lewat begitu saja, karena kesempatan di bulan ini sangat baik untuk memperkaya diri dengan mencari pahala sebanyak-banyaknya.

BEBERAPA KESALAHAN KETIKA BERPUASA

Sebagian orang berasumsi bahwa puasa identik dengan istirahat dari aktivitas kerja pada hari biasa, sehingga mengakibatkan efek menurunnya produktivitas kerja. Seringkali sebagian orang merasa malas dan lesu ketika harus menahan lapar, haus, rasa penat selama berpuasa. Sebenanya dengan berpuasa, dapat mendidik Anda untuk mampu bertahan dalam kondisi sepenat apapun, lebih bersabar, dan mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Oleh karena itu, tidaklah perlu berlindung di balik makna puasa untuk menutupi kebenaran akan mental yang loyo dan malas.

Bagi sebagian umat Islam mengira bahwa puasa dijalankan hanya karena kewajiban, namun melupakan ibadah shalat fardhu. Shalat fardhu sendiri merupakan rangkaian dari puasa, sehingga tidak bisa untuk dipisahkan, karena jika iya, maka akan menggugurkan predikat muslim yang beriman dari dirinya. Puasa di bulan Ramdhan juga menjadi batasan, seperti menahan untuk tidak makan, minum, dan berhubungan suami-istri di siang hari, hal-hal yang di luar kontrol, seperti ucapan jorok, pikiran kotor, dan sebagainya. Mengenai shalat tarawih, merupakan sunnah dari Allah SWT, dan berpuasan tanpa shalat tarawih adalah hal yang sangat disayangkan, karena amalan sunnah di bulan ini akan mendapatkan porsi yang sama dengan amalan wajib

Banyak paradigma dalam sebagian orang yang sepertinya harus diubah, seperti saat berbuka adalah saatnya ‘membalas’ keterikatan yang menimpa mereka, sehingga tingkah laku mereka sama dengan anak kecil yang baru belajar puasa. Kesibukan lainnya ketika sedang berpuasa, seperti penegakkan hak-hak berlebihan yang harus dilakukan kepada badan. Contohnya, sebagian orang menganggap bahwa agar puasa tetap fit, maka waktu sahur digunakan untuk makan dan minum berlebihan, bahkan hingga melupakan shalat shubuh, dan juga shalat maghrib di waktu berbuka.

Memang sebagian orang memiliki pemahaman yang kurang tepat mengenai tidur di siang hari dan sebuah hadits Rasul, “Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah”. Lebih tepat bila aktivitas tidur di bulan puasa yang berpahala adalah sebagai berikut :

-Tidur proporsional karena letih dan lelah fisik setelah beraktivitas atau bekerja mencari ; rezeki yang halal.

-Tidur proporsional karena untuk persiapan qiyamullail (menghidupkan saat malam hari dengan ibadah)

-Tidur untuk menghindari aktivitas yang dapat mengganggu ibadah puasa, seperti menggosip, menonton acara TV atau acara apapun yang tidak bermanfaat, jalan-jalan tanpa tujuan, dan sebagainya.

-Hanya beribadah di bulan Ramadhan dan hanya yang bersifat sunnah, misalkan shalat tarawih, lalu setelah Romadhon berlalu, maka berlalu pula ibadah shalat fardhunya.

-Besar pasak daripada tiang, kecuali bila biaya pengeluaran itu untuk shadaqah.

-Memupuk semangat konsumerisme dan cenderung boros, lebih sibuk memikirkan persiapan hari raya daripada puasa

Komen disini ya !